PROPINSI
DAERAH TINGKAT I
KALIMANTAN
BARAT
TINJAUAN
PARUH WAKTU
REPELITA
VI
I. SASARAN REPELITA VI
A. BIDANG EKONOMI
Sasaran pembangunan bidang ekonomi
adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata
sekitar 10,9 persen per tahun; dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu
sektor pertanian rata-rata sekitar 6,0 persen; industri nonmigas sekitar
12,8 persen; perdagangan sekitar 14,3 persen; pertambangan sekitar 13,3
persen; angkutan dan komunikasi sekitar 12,4 persen; dan pemerintahan sekitar
4,5 persen.
Dengan target laju pertumbuhan
seperti tersebut di atas, pendapatan per kapita diharapkan mencapai sekitar
Rp. 2.234,1 ribu pada akhir Repelita VI dengan peningkatan kesempatan kerja
yang diperkirakan akan dapat menampung angkatan kerja sebesar 1.852.984
orang atau sebesar 98.5 persen dari jumlah perkiraan angkatan kerja yang
akan ada.
B. BIDANG SOSIAL BUDAYA
Sasaran pembangunan bidang sosial
budaya adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara
merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 63 tahun dan penurunan
angka kematian bayi menjadi 57 per seribu kelahiran hidup; dan menurunnya
laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional.
Sasaran pembangunan di bidang pendidikan
adalah makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar
dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (MTs) sekitar 57,5
persen; dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah
(MA) sekitar 30,5 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun.
C. BIDANG FISIK DAN PRASARANA
Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya
ketersediaan prasarana dan sarana dasar ekonomi terutama berkembangnya
sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan
aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan efisien; meningkatnya
keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif di daerah,
meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat terutama di sektor pertanian,
industri, dan jasa, dan meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II
yang relatif tertinggal.
II. HASIL PEMBANGUNAN SELAMA 3
TAHUN REPELITA VI (1994/95 - 1996/97)
A. BIDANG EKONOMI
Berdasarkan harga konstan 1993, laju
pertumbuhan ekonomi pada periode 1993-1996 mencapai 9,03 persen rata-rata
per tahun, yang berarti telah melampaui sasaran laju pertumbuhan ekonomi
dalam periode yang sama sebesar 8,99 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan
cukup tinggi dalam tiga tahun Repelita VI adalah sektor-sektor, pertambangan
& penggalian (17,5 persen), jasa-jasa (22,02 persen) dan sektor industri
(8,4 persen). Selanjutnya dalam dua tahun terakhir Repelita VI, untuk mencapai
sasaran pertumbuhan ekonomi Repelita VI, pertumbuhan ekonomi yang harus
dicapai rata2rata sebesar 13,76 persen per tahun.
Struktur ekonomi Kalimantan Barat
selama periode 1993-1995 tidak mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1993
sumbangan sektor pertanian adalah 25,08 persen, yang kemudian pada tahun
1995 sedikit turun menjadi 24,77 persen. Sektor Industri hanya mengalami
sedikit kenaikan dari 20,04 persen pada tahun 1993 menjadi 20,41 persen
pada tahun 1995. Sektor Jasa bahkan mengalami penurunan, yaitu dari 53,90
persen pada tahun 1993 menjadi 53,46 persen pada tahun 1995. Kondisi ini
menunjukkan suatu struktur ekonomi Kalimantan Barat masih didominasi oleh
sektor pertanian.
Dengan laju pertumbuhan ekonomi seperti
tersebut diatas dengan struktur ekonomi yang tidak banyak berubah ternyata
telah berdampak pada peningkatan PDRB per kapita (periode 1993-1995) yang
relatif besar. Pada tahun 1993, PDRB per kapita Kalimantan Barat sekitar
Rp. 1,49 juta dan pada tahun 1995 meningkat menjadi Rp. 1,98 juta. Dibanding
dengan sasaran PDRB perkapita pada akhir Repelita VI yaitu Rp. 2.234,1
ribu maka pencapaian ini masih dibawah dari sasaran tersebut.
Selama dua tahun terakhir (1994-1995)
telah tercipta tambahan kesempatan kerja sebanyak 104.721 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa pada akhir Repelita VI target penciptaan tambahan kesempatan
kerja akan tercapai.
B. BIDANG SOSIAL BUDAYA
-
Wilayah Propinsi Kalimantan Barat
mencakup areal seluas 146.807 kilometer persegi atau sekitar 7,6 persen
dari luas daratan Indonesia, namun di pihak lain wilayah ini didiami oleh
jumlah penduduk yang relatif cukup besar. Pada tahun 1995 jumlah penduduk
propinsi ini mencapai 3,65 juta jiwa atau dengan kepadatan penduduk rata-rata
sebesar 26 jiwa per kilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk Kalimantan
Barat per tahun selama kurun waktu 1980-1990 sebesar 2,55 persen lebih
besar dibandingkan angka nasional sebesar 1,97 persen. Namun demikian,
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, 1990-95, laju pertumbuhan penduduk
dapat ditekan menjadi 2.44 persen.
-
Kemajuan di bidang kesehatan menunjukkan
peningkatan, seperti antara lain ditunjukkan oleh angka kematian bayi per
seribu kelahiran hidup yang menurun dari 66 pada tahun 1993 menjadi 62
pada tahun 1996. Hal ini berarti bahwa target Repelita VI sebanyak 57 per
seribu kelahiran hidup masih belum dicapai. Sedangkan angka harapan hidup
menunjukkan peningkatan yaitu dari 60,9 tahun (1993) menjadi 61,7 tahun
(1995) dimana masih dibawah sasaran Repelita yaitu 63 tahun. Adanya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat tersebut didukung oleh peningkatan pelayanan
kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1995
telah ada 18 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur 1.831 buah,
dan 210 unit pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta 700 unit puskesmas
pembantu dan 182 unit puskesmas keliling darat dan air.
-
Angka partisipasi kasar sekolah dasar
(SD) juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 1993 baru mencapai 107,2
persen meningkat menjadi 109.09 persen pada tahun 1996. Begitu pula angka
partisipasi kasar sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) meningkat dari
46,15 persen pada tahun 1993 menjadi 51,97 persen pada tahun 1996. Tingkat
partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang relatif
memadai, dimana pada tahun 1996 telah tersedia 3.931 unit SD dengan jumlah
guru tercatat sebanyak 28.655 orang guru SD dan jumlah murid sebanyak 610.664
orang, dimana setiap guru SD melayani 21 murid.
C. BIDANG FISIK PRASARANA
-
Pembangunan daerah Kalimantan Barat
didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah
pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Dalam
rangka membuka 1 lokasi daerah baru setiap tahun dibangun ruas jalan baru,
sehingga hingga tahun 1996 panjang jalan yang ada di Kalimantan Barat telah
mencapai 13.220 km. Mutu pelayanan prasarana jalan juga telah relatif meningkat,
yang ditandai dengan relatif mantapnya jalan nasional (53,0 persen), jalan
propinsi (44,0 persen), dan jalan kabupaten (26,0 persen).
-
Ketersediaan prasarana transportasi
lainnya yang mendukung pembangunan daerah adalah prasarana transportasi
laut dan transportasi udara. Propinsi Kalimantan Barat memiliki 7 pelabuhan
laut, yaitu Pelabuhan Pontianak sebagai pelabuhan laut utama, Sambas, Pemangkat-Sintete,
Singkawang, Ketapang, Kendawangan, Telukair, dan dua pelabuhan yang tidak
diusahakan yaitu pelabuhan Paloh dan Telok Melano. Transportasi udara dilayani
oleh Bandar Udara Supadio yang melayani penerbangan dalam negeri maupun
luar negeri dan pelabuhan udara lainnya yaitu Rahadi Usman di Ketapang,
Susilo dan Nanga Pinoh di Sintang dan Pangsuma di Putussibau.
-
Di bidang pengairan, telah dilaksanakan
peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan irigasi.
Pada tahun 1995, jaringan irigasi teknis yang ada mengairi sawah seluas
kurang lebih 7.000 hektare dan irigasi non teknis mengairi sawah sekitar
86.200 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian,
khususnya dalam rangka mencapai swasembada beras.
-
Penyediaan prasarana ketenagalistrikan
di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah
V. Sampai dengan tahun 1995 telah dibangun pembangkit dan distribusi yang
mampu menghasilkan daya terpasang sebesar 144.297 MW.
-
Pembangunan perumahan dan pemukiman,
khususnya yang diperuntukkan bagi golongan masyarakat menengah ke bawah,
dalam tiga tahun terakhir Repelita VI, telah dibangun sebanyak 3.052 unit
rumah sederhana. Sedangkan pelayanan air bersih pada akhir tahun ke II
Repelita VI telah mencapai 40,5 persen di daerah perkotaan, dan baru 18,5
persen untuk daerah perdesaan.
III. EVALUASI KEMAJUAN PROGRAM PRIORITAS
A. PENGHAPUSAN KEMISKINAN
-
Perkembangan pelaksanaan IDT, dimana
jumlah penduduk miskin pada tahun 1993 sekitar 874.526 orang atau 25,05
persen dari jumlah penduduk propinsi menurun menjadi tinggal hanya sekitar
820.490 orang atau 21,98 persen dari penduduk propinsi pada tahun 1995.
Selama 2 (dua) tahun anggaran pelaksanaan program pembangunan prasarna
pendukung desa tertinggal (P3DT) telah dibangun kegiatan fisik, yang meliputi;
jalan sepanjang 529 kilometer, jembatan sepanjang 3.843,5 meter, sarana
air bersih 107 unit, serta MCK sebanyak 40 unit.
-
Di propinsi Kalimantan Barat telah
terjadi peningkatan keluarga sejahtera baik secara absolut maupun secara
relatif. Pada tahun 1996 jumlah penduduk yang tergolong keluarga sejahtera
I mencapai 299.386 KK. Keluarga yang mendapat dukungan dana dari Yayasan
Dana Sejahtera Mandiri berupa tabungan keluarga sejahtera (TAKESRA) sebesar
Rp. 2.000 per KK atau sebesar Rp. 235.870.000 bagi 117.935 KK. Disamping
itu, mereka memperoleh dana kredit usaha keluarga sejahtera (KUKESRA) tahap
I sebesar Rp. 1.054.200.000 untuk 52.724 anggota dan tahap II sebesar Rp.
13.840.000 untuk 346 anggota.
B. PEMANTAPAN OTONOMI DAERAH
Salah satu ukuran untuk melihat
semakin mantapnya otonomi daerah Pendapatan Ali Derah (PAD) menunjukkan
peningkatan yang pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama dua tahun pertama
Repelita VI mencapai kurang lebih 7,6 persen per tahun. Dalam masa itu
PAD telah meningkat dari Rp 17,6 miliar pada tahun 1993/94 menjadi Rp 27,6
miliar juta pada tahun 1995/966. Peningkatan yang cukup berarti dari PAD
menunjukkan peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai belanja pembangunan
dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Kalimantan
Barat.
C. PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN TATA RUANG
-
Menjadi sasaran penting pula di samping
meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan berkurangnya jumlah
desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin
di tingkat nasional; adalah meningkatnya daya dukung sumberdaya alam dan
terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup, termasuk menurunnya
luas lahan kritis.
-
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah tingkat I Kalimantan
Barat telah menyusun Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi. Hal ini dimaksudkan
untuk mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang serasi dan optimal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung alam, serta memperhatikan kebijaksanaan
pembangunan nasional.
D. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Keberhasilan yang telah dicapai
oleh propinsi Kalimantan Barat selama ini tidak terlepas dari dukungan
pembiayaan baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari dunia usaha
atau pihak swasta. Dalam Repelita VI untuk mencapai sasaran pertumbuhan
ekonomi sebesar 10,9 persen per tahun diperkirakan diperlukan dana investasi
keseluruhan sebesar Rp. 32,826 triliun, dengan kontribusi dana pemerintah
sebesar Rp Rp 6,459 triliun atau 20 persen dan investasi swasta sebesar
Rp 26,367 triliun atau 80 persen. Perkembangan investasi pemerintah selama
tiga tahun Repelita VI menunjukkan peningkatan yang cukup berarti.
Dalam tahun anggaran 1994/95 anggaran
pembangunan pemerintah sebesar Rp 478,31 miliar meningkat menjadi sebesar
Rp 846,79 miliar pada tahun anggaran 1996/97, yang berarti mengalami peningkatan
sebesar 77,04 persen. Sementara itu khususnya untuk anggaran pembangunan
pemerintah pusat (APBN), yang pada tahun anggaran 1994/95 mencapai sekitar
Rp. 264,97 miliar meningkat menjadi Rp. 538,7 miliar pada tahun 1997/98
yang berarti meningkat sekitar 90 persen. Anggaran APBN ini terdiri dari
bantuan pembangunan daerah sebesar Rp. 203,6 milyar pada tahun 1995/96
dan meningkat menjadi Rp. 230,2 miliar pada tahun 1996/97 atau meningkat
sekitar 13 persen.
Selain itu dana pembangunan yang
bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD) telah pula meningkat dari Rp.
25.6 miliar pada tahun 1994/95 menjadi Rp. 33,7 miliar pada tahun 1996/97
atau meningkat sebesar 31,64 persen. Sedangkan pembiayaan dari sektor swasta
mencapai sekitar Rp. 2,543 miliar atau 12,34 persen dari yang direncanakan
yaitu Rp. 20,602 miliar pada tahun 1996/97.
IV. UPAYA PEMBANGUNAN SELANJUTNYA
Untuk mempercepat pembangunan Kalimantan
Barat diprioritaskan pada upaya pengembangan sektor unggulan yang meliputi
tiga sektor unngulan yang diarahkan pada Tri Program Utama Daerah yang
meliputi peningkatan produksi pertanian dalam arti luas, peningkatan dan
pengembanan sektor transportasi dalam rangka membuka isolasi wilayah dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Penetapan ketiga sektor utama
ini pencapaian sasaran akhirnya diharapkan mampu menggerakkan berbagai
potensi yang dimiliki oleh sektor-sektor lainnya yang saling menunjang
dan melengkapi. Selanjutnya untuk mencapai sasaran pembangunan dalam sisa
waktu Repelita VI beberapa upaya yang dapat ditempuh, antara lain:
-
Peningkatan produksi pertanian, yang
meliputi peningkatan produksi perkebunan untuk mendorong pencapaian pertumbuhan
produksi dan produktivitas serta peningkatan pendapatan petani. Selain
itu juga perlu terus diupayakan peningkatan produksi pertanian tanaman
pangan utamanya padi melalui pembangunan irigasi desa dan pengembangan
daerah rawa. Selanjutnya perlu pula ditingkatkan produksi perikanan terutama
melalui pengembangan dan perbaikan tambak inti rakyat (TIR) Jawai di Kabupaten
Sambas dengan terus mengupayakan pembangunan dan perbaikan saluran, pembangunan
kolam pengendalian, dan pembangunan dan pengendalian abrasi pantai.
-
Pembangunan prasarana dan sarana fisik
yang meliputi pengembangan landasan, dermaga, dan terminal pelabuhan laut
di Pontianak, pengembangan pelabuhan udara Supadio di Pontianak dan pelabuhan
udara perintis di Ketapang dan Kapuas Hulu, pengembangan jalan dan jembatan
di Pontianak dan dati II lainnya. Khususnya untuk pengembangan jalan, peningkatan
dan pembangunan jalan diprioritaskan untuk menunjang Jalan Lintas Kalimantan
(Pontianak - Tayan – Balai Bekuak, Balai Bekuak – Sandai – Nanga Tayap
– Batas Kalteng), menunjang BIMP-EAGA dan SOSEK MALINDO (Sidas – Ngabang
– tanjung, Sanggau Ledo – Perbatasan, Sajingan – Seluas – Seluas – Serimbu
– Nanga Merakai – Nanga Kantuk – Semitau), menunjang pengembangan KAPET
(Pontianak – Kubu, Kubu – Meliau, Sanggau – Sekadau – Tebelian), menunjang
mega proyek NATUNA (peningkatan daya dukung jalan pelabuhan Sintete, pelebaran
ruas jalan Singkawang-Tebas, peningkatan ruas jalan Sambas, Subah dan Ledo),
menunjang sentra produksi dan pelabuhan laut Teluk Air (Sungai Durian –
Rasau Jaya – Kubu), kawasan perkebunan di Kabupaten Ketapang (Pesaguan
– Kendawangan, Pelang – Batu Tajam, Tumbang Titi – Tanjung – Marau, Nanga
Tayap – Tumbang Titi). Selain itu, juga ditingkatkan pembangunan tanggul
dan bangunan prasarana air baku di Ketapang, pembangunan jaringan irigasi
primer dan irigasi kecil di Pontianak, Sanggau, Sambas, Ketapang, Sintang
dan Kapuas Hulu.
-
Pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan yang meliputi pembangunan unit gedung baru (UGB) SMP yang diutamakan
pada daerah-daerah tingkat II yang angka partisipasi kasar-nya (APK) masih
rendah, serta UGB SMUN di setiap kecapatan.
-
Pengembangan sarana dan prasarana
kesehatan masyarakat termasuk peningkatan ketersediaan tenaga medis dan
paramedis.
-
Pembangunan desa yang diselaraskan
dengan upaya pengentasan desa tertinggal melalui peningkatan dan penguatan
program bantuan P3DT, program peningkatan prasarana jalan poros desa (P2JPD),
dan program pembangunan irigasi desa (PID).
-
Pengembangan daerah perbatasan dan
kerjasama ekonomi sub-regional (KESR) melalui pembangunan dan peningkatan
jalan perbatasan, penyusunan rencana rinci tata ruang daerah perbatasan,
serta pembangunan pos lintas batas baru.