PROPINSI DAERAH TINGKAT I
SULAWESI TENGAH
 
 
TINJAUAN PARUH WAKTU
REPELITA VI
 
 

I.    Sasaran Repelita VI
 

A.    Bidang Ekonomi

Sasaran pertumbuhan ekonomi selama Repelita VI rata-rata sebesar 7% per tahun, dengan ditunjang pertumbuhan sektoral masing-masing: sektor pertanian 7,22%; pertambangan dan penggalian 7,25%; industri 8,46%; listrik, gas, dan air minum 12,50%; bangunan 8,50%; perdagangan, hotel, dan restoran 7,24%; angkutan dan komunikasi 7%; bank dan lembaga keuangan lainnya 5,46%; sewa rumah 6%; pemerintahan 4,46%; dan sektor jasa-jasa sebesar 4%.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku untuk tahun 1994 diperkirakan berjumlah Rp.1.634.699 juta; tahun 1995 naik menjadi Rp.1.829.439 juta; tahun 1996 sebesar Rp.2.403.419 juta; tahun 1997 sebesar Rp.2.789.402 juta; dan perkiraan akhir Repelita VI mencapai Rp.2.536.267 juta. Dengan proyeksi jumlah penduduk pada akhir Repelita VI sebanyak 2.110.016 jiwa, maka sasaran pendapatan perkapita pada akhir Repelita VI sebesar Rp.1.202.013.

Sektor pertanian ditargetkan dapat memberi kontribusi sebesar 45,13% pada akhir Repelita VI; kontribusi sektor industri sebesar 6,51%; sektor perdagangan 13,44%; sektor pengangkutan 9,08%; dan sektor pemerintahan 9,26%. Tingkat inflasi perekonomian diperhitungkan rata-rata sebesar 9,5% per tahun dan dengan ICOR perekonomian sebesar 4,3 maka diperhitungkan Investasi Pembangunan selama Repelita VI mencapai Rp.4.639.348 juta, diantaranya investasi pemerintah mencapai Rp.2.173.440 juta.

     
B.    Bidang Sosial Budaya

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 61,3 tahun (sasaran PJP II 68,5 tahun) serta penurunan angka kematian bayi menjadi 64 per seribu kelahiran hidup (sasaran PJP II 34 per seribu kelahiran hidup); menurunnya jumlah penduduk buta aksara hingga mencapai 1,68%; menurunnya laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional (pengendalian pertumbuhan penduduk rata-rata 2,57% per tahun), menurunnya angka gangguan gizi balita hingga mencapai 6,2% balita, menurunnya angka kematian balita sampai 7,5 per 1000 balita, menurunnya angka kematian ibu melahirkan sampai 2,83 per 1000 ibu melahirkan.

Sasaran pembangunan bidang pendidikan adalah makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (MTs) menjadi 60,5%; dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah (MA) menjadi 30,2%; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan berkurangnya jumlah desa tertinggal, selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional, meningkatnya daya dukung sumber daya alam, terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup serta menurunnya luas lahan kritis.

     
C.    Bidang Fisik Prasarana
 
Sasaran pembangunan bidang fisik prasarana adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi terutama berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi Sulawesi Tengah secara merata dan efisien; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktifitas tenaga kerja setempat, di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.

 

II.    Hasil Pembangunan Selama 3 Tahun Repelita VI (1995/95 – 1996/97)
 

A.    Bidang Ekonomi

Hasil pembangunan bidang ekonomi di Propinsi Sulawesi Tengah dapat dikatakan cukup menggembirakan dengan gambaran sebagai berikut :

  1. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 1994 adalah 7,39%. Pendapatan per kapita tahun 1994 tercatat Rp. 1.129.015 yang berarti naik 17,55% dari pendapatan per kapita pada tahun 1993. Kemudian tahun berikutnya, yaitu 1995, pendapatan per kapita menjadi Rp. 1.334.136 atau naik sebesar 38,91%, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8,1%. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan telah tercapai, bahkan melampaui target.
  2. Pertumbuhan di bidang industri hingga tahun ketiga Pelita VI sebesar 9,39% (proyeksi pertumbuhan selama Pelita VI sebesar 9,0%), dengan kontribusi terhadap PDRB hingga tahun ketiga sebesar 8,04% (proyeksi Pelita VI 7,09%). Angka tersebut menunjukkan bahwa sasaran pertumbuhan di bidang industri, hingga tahun ketiga Pelita VI, telah tercapai.
  3. Pertumbuhan di bidang pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dalam rangka swasembada pangan. Dengan luas panen sebesar 246.365 Ha (tahun 1994), hasil yang dicapai hingga tahun ketiga sebesar 576.609 ton atau 58,81% dari proyeksi hingga akhir Pelita VI (sebesar 980.431 ton), dengan kenaikan 20% per tahun, melampaui target yang ditetapkan sebesar 11,25% per tahun. Kenaikan ini diikuti pula dengan kenaikan produksi palawija dan hortikultura.
  4. Tanaman perkebunan, dengan luas areal 317.492 Ha (tahun 1995), mencapai produksi 227.983 ton atau 89,6% dari proyeksi akhir Pelita VI sebesar 254.510 ton.
  5. Produksi perikanan, yang diperkirakan sebesar 339.272 ton pada akhir Pelita VI, hingga tahun 1995 telah dicapai 163.774 ton atau 48,27%. Hasil ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar 16,1% per tahun di atas target Pelita VI (sebesar 13,1% per tahun).
  6. Produksi peternakan yang telah dicapai pada tahun ketiga adalah 308.120 ekor ternak besar (61% dari sasaran Pelita VI sebanyak 504.773 ekor); 367.075 ekor ternak kecil (51,6% dari sasaran Pelita VI sebanyak 711.371 ekor); dan 4.203.516 ekor unggas (38,06% dari sasaran Pelita VI sebanyak 11.043.848 ekor).
  7. Penyerapan tenaga kerja pada tahun ketiga mencapai 35,84% dari seluruh target penyerapan selama Pelita VI yang diproyeksikan sebesar 985.180 orang. Produktivitas pekerja diharapkan rata-rata mencapai Rp. 1.080.975 pada akhir Pelita VI, sedangkan kenyataan pada tahun ketiga berkisar antara Rp. 675.958 (terendah) dan Rp. 4.412.750 (tertinggi). Dari angka tersebut dapat digambarkan bahwa masih ada 64,16% dari seluruh target penyerapan tenaga kerja yang harus diserap dalam dua tahun terakhir Pelita VI ini. Oleh karena itu seluruh jajaran yang terlibat dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan masih harus bekerja lebih keras lagi agar sasaran tersebut tercapai.
  8. Pembangunan di bidang pertambangan dan energi diarahkan untuk mendayagunakan potensi pertambangan hingga dapat menjadi kekuatan ekonomi riil dengan kapasitas produksi yang semakin meningkat. Sampai tahun ketiga Pelita VI, potensi tersebut sebagian besar masih berada pada taraf penelitian/inventarisasi potensi, kecuali bahan Galian Golongan C. Penelitian/inventarisasi potensi tersebut sesuai dengan sasaran Pelita VI, yaitu : pemetaan potensi geologi dan bahan galian di seluruh propinsi Sulawesi Tenggara secara makro, semi makro, dan mikro, dengan menggambarkan kualitas maupun kuantitas secara terukur dari masing-masing bahan galian.
 
B.    Bidang Sosial Budaya  
  1. Hasil yang dicapai dan perkembangan derajat kesehatan di Propinsi Sulawesi Tengah selama 3 tahun pertama Pelita VI telah menghasilkan perubahan-perubahan yang dapat dilihat dari indikator kesehatan, antara lain :
  2.  
  3. Dalam bidang pendidikan, telah dicapai perkembangan sebagai berikut :
 
C.    Bidang Fisik Prasarana 
  1. Prasarana jalan yang dibangun dari dana APBN dan Inpres telah mencapai 3.186 Km dengan kondisi beraspal 2.518 Km (79%) dan non aspal 667,7 Km (21%). Poros utama lingkar Sulawesi bagian tengah telah selesai 100%. Jalan yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten berhasil ditingkatkan 80% (Palu – Poso – Luwuk – Tolitoli). Kondisi jalan kabupaten dan desa-desa baru beraspal 1.250 Km (22%), non aspal 4.392 Km (78%). Pelabuhan laut utama yang dimiliki Propinsi Sulawesi Tengah adalah Pantoloan/Donggala, Poso, Tolitoli, dan Luwuk. Sedangkan bandar udara yang sudah beroperasi adalah Mutiara di Palu, Kasiguncu di Poso, Bubung di Luwuk, dan Lalos di Tolitoli dan Buol. Pembangunan prasarana jalan tersebut, diarahkan sesuai dengan sasaran Pelita VI yaitu untuk mendukung kegiatan ekonomi, pengembangan sistem transportasi antarmoda, meningkatkan aksesibilitas wilayah sekaligus membuka keterisolasian.
  2. Kegiatan sektor pengairan dibagi dalam 2 sub sektor dan 5 program pembangunan, dengan hasil sebagai berikut:
  3.  
  1. Evaluasi Kemajuan Program Prioritas
  A.    Upaya Penghapusan Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 
  1. Jumlah penduduk miskin serta proporsinya terhadap jumlah penduduk di propinsi Sulawesi Tengah mengalami penurunan, dengan data sebagai berikut: Tahun 1993 jumlah penduduk miskin tercatat 193.897 orang (10,5% terhadap jumlah penduduk propinsi), sedangkan pada tahun 1996 penduduk miskin tercatat 163.372 orang (8,2% terhadap jumlah penduduk propinsi).
  2. Pada awal pelaksanaan IDT (1994/95) di Propinsi Sulawesi Tengah terdapat 601 Desa Tertinggal. Untuk mengatasinya, maka digulirkan dana sebesar Rp. 12.020.000.000 bagi 1.754 kelompok masyarakat atau 47.004 Kepala Keluarga. Dari dana yang digulirkan tersebut, telah berhasil dikembalikan sebesar Rp. 3.465.768.981 dari 48 Desa, dan digulirkan kembali sebesar Rp. 1.199.911.900. Program IDT di Sulawesi Tengah telah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui : usaha pertanian tanaman pangan 43%, usaha peternakan 23%, usaha dagang kecil 12,20%, usaha perikanan 11,09%, usaha bidang jasa 5,50%, dan usaha kerajinan rumah tangga/industri kecil 5,20%.
  3. Pada tahun 1995/96 jumlah Desa Tertinggal menjadi 645 Desa, dan dialokasikan dana sebesar Rp. 13.808.100.000, terdiri dari dana bantuan langsung ke Desa sebesar Rp. 12.900.000.000 dan biaya operasional pemantauan untuk tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa sebesar Rp. 908.100.000. Realisasi pencairan dan penyaluran dana sampai dengan akhir bulan Januari 1996 adalah 86,96% untuk dana bantuan langsung ke desa, dan 81% untuk bantuan pembinaan.
  4. Realisasi pelaksanaan TAKESRA dan KUKESRA hingga bulan September 1996 telah menjangkau 125.325 keluarga yang tergabung dalam 5.603 kelompok.
  5. Jumlah desa yang menjadi lokasi Proyek Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) melalui bantuan OECF tahun anggaran 1996/97 sebesar Rp. 42.769.925 di Propinsi Sulawesi Tengah sebanyak 80 Desa. Dengan dana tersebut telah dibangun Jalan sepanjang 231,46 Km, Jembatan 288.950 meter, Tambatan Perahu 9 buah, Air Bersih 525 unit, Sanitasi (MCK) 15 unit. Disamping itu, program ini telah mampu membuka isolasi wilayah serta menggairahkan dan menuntun peningkatan produksi masyarakat, disamping pemenuhan pelayanan dasar sosial bagi kesejahteraan masyarakat di pedesaan.
  6. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) mulai dicanangkan di Propinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 14 Juli 1996, dengan kegiatan : Pendidikan/Pelatihan untuk 4 kabupaten, Pelatihan Tim Pengelola untuk 54 kecamatan, Pelatihan Tim Pelaksana untuk 601 desa/kelurahan. Sasaran PMT-AS di Propinsi Sulawesi Tengah sebanyak 818 buah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta, dengan jumlah murid sebanyak 80.488 orang. Dari pagu anggaran sebesar Rp. 3.124.638.000 hingga akhir September 1996 telah terserap/terealisasi sebesar 19,37 % atau Rp. 605.491.600,-
 
B.    Pelaksanaan Program Penataan Ruang   
  1. Upaya Pembangunan Selanjutnya
Sekalipun hasil pembangunan di Propinsi Sulawesi Tengah dapat dikatakan cukup menggembirakan, tapi belum sepenuhnya memecahkan issue serta masalah pokok pembangunan yang meliputi : (a) masalah lapangan kerja, (b) kualitas sumber daya manusia, (c) penanggulangan kemiskinan, (d) otonomi daerah tingkat II, (e) fungsi lingkungan hidup, (f) investasi, dan (g) kemampuan aparat dan kelembagaan.

Oleh karena itu, upaya pembangunan selanjutnya masih harus ditingkatkan, khususnya untuk mencapai sasaran Pelita VI, dengan memperhatikan beberapa penekanan dibawah ini.  

  1. Bidang Ekonomi, yang meliputi: (a) pemerataan dan penyebaran pembangunan sampai ke pelosok wilayah pedesaan untuk membuka isolasi desa-desa terpencil dan tertinggal; (b) peningkatan daya guna dan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, khususnya perikanan, pertambangan, dan pariwisata; dan (c) penyebaran produksi dan pendapatan masyarakat melalui pendekatan agribisnis dan agroindustri.
  2. Bidang Sosial Budaya, yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata; (b) peningkatan kemampuan dan produktivitas tenaga kerja; (c) peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk kemampuan aparatur pemerintah; dan (d) peningkatan sarana pendidikan dan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
  3. Bidang Fisik Prasarana, yang meliputi: (a) peningkatan pembangunan prasarana dasar, pendayagunaan dan pemeliharaan infrastruktur pembangunan; dan (b) pembangunan infrastruktur yang memadai untuk mendukung dan menampung masuknya investasi swasta.