PROPINSI DAERAH TINGKAT I
NUSA TENGGARA BARAT
 
 
 TINJAUAN PARUH WAKTU
REPELITA VI
 
 

I. SASARAN REPELITA VI
 

A. BIDANG EKONOMI

Sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam Repelita Keenam Daerah Tingkat-I Nusa Tenggara Barat yang telah disesuaikan adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas (atas dasar harga konstan tahun 1983) yang diperkirakan rata-rata sekitar 7,1 persen per tahun (angka rata-rata yang diperkirakan daerah adalah lebih tinggi dari angka perkiraan pertumbuhan berdasarkan skenario R2 yaitu 5,8 persen per tahun). Pencapaian rata-rata 7,1 persen per tahun tersebut diharapkan akan tercapai dengan dukungan laju pertumbuhan sektoral, yaitu sektor pertanian rata-rata sekitar 4.03 persen; industri nonmigas sekitar 9,94 persen; pertambangan dan penggalian non migas sekitar 9,94 persen; bangunan sekitar 11,91 persen; perdagangan sekitar 10,3 persen; pengangkutan sekitar 9,25 persen; jasa-jasa sekitar 8,54 persen; listrik, gas dan air bersih sekitar 14,35 persen; sektor bangunan sekitar 11,91 persen, sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya sekitar 10,21 persen serta sektor lainnya sekitar 5,75 persen.

Dengan sasaran laju pertumbuhan PDRB seperti tersebut di atas, maka pendapatan per kapita di Propinsi NTB atas dasar harga konstan 1993, diharapkan dapat mencapai sekitar Rp. 1.020.940 pada akhir Repelita VI. Dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja diharapkan mencapai 3,5 persen maka selama Repelita VI diperkirakan akan bertambahnya kesempatan kerja baru sebanyak 368 ribu orang.
 

B. BIDANG SOSIAL BUDAYA

Sasaran pembangunan bidang sosial budaya antara lain tercermin dari semakin menurunnya laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional menjadi 1,44 persen per tahun disamping meningkatnya pelayanan kesehatan yang semakin meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan; peningkatan usia harapan hidup menjadi 60 tahun pada akhir Repelita VI, dan penurunan angka kematian bayi menjadi 70 per seribu kelahiran hidup;serta meningkatkan cakupan air bersih untuk daerah perkotaan mencapai 80 persen dan daerah perdesaan mencapai 60 persen. selanjutnya dengan semakin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan serta dengan dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, diharapkan angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) termasuk madrasah iptidaiyah (MI), SLTP termasuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah (MA) akan meningkat masing-masing menjadi sekitar 121,63 persen, 71,40 persen dan sekitar 37,36 persen;
 

C. BIDANG FISIK DAN PRASARANA

Sasaran bidang Fisik dan Prasarana antara lain adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi secara merata dan efisien, terutama berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif; meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.
 
 

D. RENCANA PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Untuk mencapai sasaran pembangunan secara keseluruhan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,9 persen per tahun selama Repelita VI diperkirakan diperlukan dana investasi secara keseluruhan yang mencapai Rp. 4.500 milyar. Dana investasi tersebut diperkirakan berasal dari sektor pemerintah sebesar Rp. 2.340 milyar atau sekitar 52 persen dan dana yang berasal dari dana sektor swasta sekitar Rp. 2.160 milyar atau sekitar 48 persen. Dana dari sektor Pemerintah antara lain berasal dari dana APBN (sektoral), dana Inpres bantuan pembangunan daerah, dana asli pendapatan daerah, serta dana yang berasal dari bantuan luar negeri. Sedangkan dana yang berasal dari sektor swasta antara lain bersumber dari penanaman modal swasta (PMDN dan PMA) , penanaman modal non fasilitas serta swadaya murni masyarakat.
 
 

II. HASIL PEMBANGUNAN SELAMA 3 TAHUN REPELITA VI (1994/95 - 1996/97)
 

A. BIDANG EKONOMI

Berdasarkan harga konstan 1993, laju pertumbuhan ekonomi pada periode 1993-1995 mencapai rata-rata 7,65 persen per tahun. Pencapaian laju pertumbuhan tersebut dapat dikategorikan telah melampaui target rata-rata Repelita VI yang diperkirakan rata-rata sekitar 7,1 persen pertahun. Dari perkembangan yang terjadi selama dua tahun pertama Repelita VI ternyata sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (16,13 persen), sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ( 13,64 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (11,44 persen). Pertumbuhan yang cukup berarti yang terjadi pada ketiga sektor tersebut antara lain disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan prasarana dasar dan dampak kebijaksanaan pemerintah daerah Nusa Tenggara Barat untuk memajukan dan mengembangkan sektor kepariwisataan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan daerah. Dengan dibangunnya berbagai prasarana dibidang perhubungan, listrik, telekomunikasi, perhotelan, dan industri kerajinan yang menunjang kepariwisataan telah menyebabkan perkembangan yang pesat pada ketiga sektor tersebut. Selain ketiga sektor tadi, sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar pada PDRB di propinsi NTB juga menunjukkan angka rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi (5,94 persen) dibandingkan dengan perkiraan semula (4,03 persen). Hal tersebut selain pengaruh semakin membaik dan meluasnya jaringan irigasi dan semakin banyaknya waduk yang dibangun juga berkaitan dengan kebijaksanaan daerah dalam mempertahankan swasembada pangan. Sehingga walaupun secara prosentase sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB semakin menurun dari tahun ke tahun namun sektor ini dalam jangka panjang tetap masih akan menjadi sektor dominan didalam perekonomian daerah.

Secara bertahap telah terjadi transformasi struktur ekonomi, meskipun sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB masih cukup dominan yaitu masih sekitar 36,99 persen pada tahun 1995, sebaliknya sumbangan sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan menunjukkan kenaikan secara bertahap yaitu sekitar 17,33 persen, 15,98 persen, 10,26 persen pada tahun 1955. Sedangkan sektor industri pengolahan masih menunjukkan sumbangan yang relatip stabil yaitu sekitar 4,7 persen. Kondisi ini menunjukkan pergeseran struktur ekonomi yang semakin berimbang secara bertahap antara sektor pertanian dengan sektor lainnya diluar pertanian.

Laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang disertai dengan transformasi struktur ekonomi relatip memadai tersebut membawa dampak pada peningkatan PDRB per kapita yang diperkirakan akan dapat melampaui target yang telah ditetapkan. Pada tahun 1995, PDRB per kapita diperkirakan telah mencapai Rp. 955.313 yang diharapkan dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi (diatas 7 persen) pada akhir Repelita VI dapat dicapai target PDRB per kapita diatas Rp. 1 juta.

Selama dua tahun terakhir (1994-1995) baru tercipta tambahan kesempatan kerja sebesar 94.785 orang. Namun dengan pembangunan yang semakin meningkat dibidang prasarana pengairan, transportasi, kelistrikan, industri, pertambangan, dan pariwisata dalam tiga tahun terakir Repelita VI ini diharapkan target yang telah ditetapkan (sekitar 368 ribu orang) dalam bidang tambahan kesempatan kerja akan dapat didekati secara bertahap.
 
 

B. BIDANG SOSIAL BUDAYA

Propinsi NTB mencakup areal seluas 20.177 kilometer dengan jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan yang relatif cukup tinggi. Jumlah penduduk propinsi ini mencapai 3,6 juta jiwa dengan tingkat laju pertumbuhan penduduk 2,15 persen per tahun. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, 1990-95, laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan mencapai 1,59 persen, dengan perkembangan ini diperkirakan target pertumbuhan penduduk pada akhir Repelita VI akan dapat mencapai rata-rata sekitar 1,44 persen pertahun.

Kemajuan di bidang kesehatan menunjukkan peningkatan, seperti antara lain ditunjukkan oleh angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup yang menurun dari 107 pada tahun 1990 menjadi 82,5 pada tahun 1995. Hal ini berarti bahwa upaya untuk mencapai target Repelita VI yaitu sekitar 70 per seribu kelahiran perlu lebih ditingkatkan pada 2 tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Sebaliknya angka harapan hidup telah mengalami peningkatan yang pada tahun 1995 telah mencapai 57,5 tahun dianggap sudah hampir mendekati target Repelita VI yaitu rata-rata 60 tahun.

Angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 1995 telah meningkat menjadi 106,94 persen. Hasil ini meskipun masih jauh dibawah target akhir Repelita VI sebesar 121,63 persen namun telah menunjukkan kemajuan yang berarti. Selain itu jumlah SD/MI sampai dengan tahun 1996/97 terus bertambah mencapai 3333 buah, dengan ruang belajar 21369 buah dan ruang kelas sebanyak 18 636 buah.Begitu pula angka partisipasi kasar sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) meningkat menjadi 56,80 persen. Sedangkan angka partisipasi kasar SLTA/MA telah meningkat menjadi 30,19 persen pada tahun 1996/97 dan diharapkan dapat mencapai sasaran target sebesar 37,36 persen pada akhir Repelita VI.Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan fasilitas gedung sekolah yang relatif semakin memadai, dimana pada tahun 1996 telah tersedia 129 unit SMU, 24 unit SMUK serta 151 unit MA.

 

C. BIDANG FISIK PRASARANA

Pembangunan daerah NTB didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Mutu pelayanan prasarana jalan relatif meningkat, yang ditandai dengan relatif mantapnya jalan nasional (100 persen), jalan propinsi (34,33 persen), dan jalan kabupaten (37,42 persen). Dengan kondisi jalan mantap seperti ini maka dalam 2 tahun teakhir Repelita VI target jalan mantap untuk jalan nasional 100 persen akan dapat dipertahankan melalui kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan jalan. Untuk jalan propinsi karena adanya perubahan panjang jalan propinsi, diperkirakan target jalan mantap 100 persen tidak akan dapat tercapai, sedangkan untuk jalan kabupaten yang telah mencapai kemantapan 40,6 persen maka target pada akhir Repelita VI sekitar 60 persen dengan kerja keras diharapkan masih akan tercapai.

Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah adalah prasarana transportasi laut dan transportasi udara. Propinsi NTB memiliki 3 pelabuhan laut Nusantara, yaitu Pelabuhan Lembar, Badas dan Bima, serta 3 pelabuhan penyeberangan, yaitu Lembar, Labuhan Kayangan, Pototano dan Sape. Berdasarkan evaluasi paruh jalan Repelita VI pencapaian target sasaran Repelita VI baru mencapai 35 persen untuk peningkatan fasilitas dermaga dan 50 persen untuk peningkatan fasilitas terminal penumpang. sehingga untuk sisa dua tahun terakhir ini perlu ditingkatkan kegiatan pembangunan atau peningkatan fasilitas dermaga dalam rangka pencapaian target yang telah ditetapkan. Transportasi udara dilayani oleh Bandar Udara Selaparang di Mataram, Brangbiji di Sumbawa dan Salahudin di Bima. Dibidang transportasi udara secara umum taget Repelita VI hampir seluruhnya tercapai sehingga untuk dua tahun terakhir ini kegiatan lebih ditujukan pada kegiatan rehabilitasi terminal, perpanjangan landasan pelabuhan udara Salahudin di Bima dan melanjutkan upaya terealisasinya pelaksanaan konstruksi untuk pemindahan Bandara Internasional ke Lombok tengah.

Di bidang pengairan, pencapaian sasaran dari 4 program pokok yang meliputi program pengembangan dan konservasi sumber daya air; program pengelolaan sungai danau, dan sumber air lainnya; program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi; dan program penyediaan air baku; pada umumnya masih dibawah target yang direncanakan sampai dengan akhir Repelita VI. Untuk penyelesaian sisa target perlu ditingkatkan upaya yang prioritas di sektor pengairan seperti pelaksanaan rencana pembangunan Waduk Plara, waduk Sumi Sape, waduk Pelaperado dan pembangunan embung-embung yang tersebar diseluruh wilayah NTB, disamping melanjutkan persiapan pembangunan waduk Pandan Duri Swanggi dan waduk Mujur yang akan dimulai pembangunan konstruksinya pada awal tahun kelima Repelita VI. Dengan berbagai upaya peningkatan prasarana dibidang pengairan tersebut diharapkan akan meningkatkan kemampuan pelayanan jaringan irigasi yang meliputi irigasi sederhana seluas 5.500 hertare, irigasi setengah teknis seluas 105.733 hektare dan irigasi teknis seluas64.860 hektare yang tersebar pada 293 daerah irigasi diseluruh NTB.

Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini merupakan salah satu prioritas mengingat NTB harus "berdiri sendiri" dalam pengadaan energi listrik bagi wilayahnya mengingat interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali belum dapat menjangkau wilayah NTB. selama paruh waktu pelaksanaan Repelita VI meskipun target yang ditetapkan di sektor kelistrikan sudah tercapai, namun ratio pemakaian tenaga listrik dengan jumlah penduduk masih kecil. Sampai dengan tahun 1996 telah dibangun pembangkit dan distribusi yang mampu menghasilkan daya terpasang sebesar 183.371.993 Kwh. Sedangkan hampir seluruh desa yang ada telah terjangkau aliran listrik.

Pembangunan perumahan dan pemukiman, khususnya yang diperuntukkan bagi golongan masyarakat menengah ke bawah, sampai dengan tahun ketiga Repelita VI, telah dibangun sebanyak 1.031 unit rumah sederhana, dari target sebanyak 5000 unit selama Repelita VI. Sedangkan taget perbaikan lingkungan perumahan kota baru mencapai 34 persen. Pelayanan air bersih pada akhir tahun ketiga Repelita VI baru mencapai 61 persen dari target Repelita VI.

Sementara itu pembangunan sektor kepariwisataan yang merupakan salah satu sektor unggulan terus menampakkan hasil yang menggembirakan, yang tercermin dari semakin bertambahnya fasilitas dan jumlah kunjungan wisatawan ke NTB. Pembangunan yang pesat dibidang perhotelan telah menambah jumlah hotel berbintang dan hotel melati di berbagai kawasan wisata yang berkembang di NTB. Jumlah hotel berbintang yang pada tahun 1994 baru mencapai sekitar 20 buah telah meningkat menjadi 25 buah pada tahun 1996 dengan penambahan kapasitas tempat tidur hampir dua kali lipat. Demikian pula arus kunjungan wisatawan semakin meningkat dari sekitar 277.701 orang pada tahun 1994 meningkat menjadi sekitar 392.360 orang pada tahun 1996 atau dengan peningkatan rata-rata sekita 19,13 persen per tahun. Peningkatan jumlah wisatawan tersebut sejalan dengan upaya pencapaian sasaran Repelita VI dimana pada tahun terakhir Repelita VI nanti diharapkan jumlah wisatawan yang berkunjung akan mencapai 504.000 orang.

 

III. EVALUASI KEMAJUAN PROGRAM PRIORITAS
 

A. PENGHAPUSAN KEMISKINAN

Perkembangan pelaksanaan IDT, dimana jumlah penduduk miskin pada tahun 1993 masih sekitar 692.421 orang atau 19,5 persen dari jumlah penduduk propinsi, pada tahun 1996 telah menurun menjadi tinggal sekitar 653.026 orang atau 17,6 persen dari penduduk propinsi yang tersebar pada 330 desa tertinggal. Selama 2 tahun pelaksanaan kegiatan program pembangunan prasarana desa tertinggal (P3DT) yang dilaksanakan sejak TA 1995/1996 kegiatannya telah mencakup 71 desa tertinggal ( TA 1995/1996 pada 16 desa tertinggal di kabupaten Sumbawa, Dompu dan Bima serta untuk TA 1996/1997 pada 55 desa tertinggal di kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu dan Bima), dengan dana sebesar Rp. 9,22 milyar. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi pembangunan jalan dan jembatan desa (150 Km/273 m), tambatan perahu (11 buah), air bersih (392 unit), dan sanitasi lingkungan / MCK (1.010 unit).

Upaya peningkatan keluarga sejahtera telah berjalan baik secara absolut maupun secara relatif. Pada tahun 1996 jumlah penduduk yang tergolong keluarga sejahtera I mencapai 296.886 KK (38,33 persen), keluarga sejahtera II sekitar 159.286 KK (20,57 persen), pada tahun yang sama propinsi NTB memiliki keluarga pra sejahtera yang diperkirakan masih sekitar 244.843 KK (31,61 persen). Keadaan ini lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya dimana jumlah keluarga prasejahtera masih berkisar sekitar368.753 KK (35,35 persen), sedangkan keluarga sejahtera I baru mencapai sekitar 212.698 KK (27,98 persen), dan keluarga sejahtera II berkisar sekitar 128.137 KK (16,85 persen) Bantuan yang diberikan baik dalam bentuk TAKESRA maupun KUKESRA yang disalurkan secara bertahap disamping bantuan program IDT dirasakan sangat membantu dan bermanfaat dalam mengurangi jumlah keluarga prasejahtera.
 

B. PEMANTAPAN OTONOMI DAERAH

Salah satu ukuran untuk melihat semakin mantapnya kemampuan pelaksanaan otonomi daerah adalah melalui kemampuan penggalian sumber pendapatan daerah terutama peningkatan Pendapatan asli daerah (PAD)nya. Di Propinsi Nusa Tenggara Barat, PADnya telah menunjukkan peningkatan yang pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama dua tahun pertama Repelita VI yang mencapai kurang lebih 28 persen per tahun. Dalam masa itu PAD Tk-I dan Tk-II telah meningkat dari sekitar Rp 23,6 miliar pada tahun 1993/94 menjadi Rp 30,2 miliar pada tahun 1995/966. Peningkatan yang cukup berarti dari PAD ini, menunjukkan pula peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai belanja pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) baik tingkat I maupun tk II di propinsi NTB.
 

C. PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA RUANG

Menjadi sasaran penting pula di samping meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan berkurangnya jumlah desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional; adalah meningkatnya daya dukung sumber daya alam dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup, termasuk menurunnya luas lahan kritis. Dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian pencemaran lingkungan hidup dan rehabilitasi lahan kritis selama tiga tahun pertama repelita VI telah menunjukkan hasil pencapaian target kegiatan yang cukup memuaskan. Bahkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis dari target 50.558 hektar selama Repelita VI telah berhasil dilaksanakan kegiatan yang melampaui target yang direncanakan yaitu sekitar 54.836 hektar Namun karena luas lahan kritis di NTB cukup besar, meskipun target Repelita VI telah tercapai, upaya rehabilitasi lahan kritis masih perlu terus ditingkatkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah tingkat I NTB telah menyusun Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung alam, serta memperhatikan kebijaksanaan pembangunan nasional. Sementara itu rencana penyempurnaan RTRW Kabupaten sebanyak 5 paket pada 5 Kabupaten di NTB telah berhasil diselesaikan untuk 2 paket ( Lombok Tengah dan Bima) yang berarti selama 3 tahun Repelita VI baru tercapai target sekitar 40 persen.
 

D. REALISASI ALOKASI DANA PEMBANGUNAN

Keberhasilan yang telah dicapai oleh propinsi NTB selama ini tidak terlepas dari dukungan pembiayaan baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari dunia usaha atau pihak swasta. Selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI telah teralokasi dana pembangunan sekitar Rp. 2.580,4 milyar yang berarti sekitar 57,4 persen dari alokasi dana yang diperkirakan selama Repelita VI yaitu sekitar Rp.4.500 milyar. Alokasi dana yang terealisasi selama tiga tahun Repelita VI tersebut antara lain bersumber dari dana Pemerintah yang berjumlah sekitar RP. 1.289,1 milyar ( sekitar 49,95 persen) yang bersumber dari dana APBN sebesar Rp. 815,7 milyar, dana APBD tingkat I sekitar Rp. 162,3 milyar, dan dana APBD tingkat II sekitar Rp. 311,0 milyar. Sedangkan dana yang bersumber dari dana Swasta diperkirakan sekitar Rp.1.291,4 milyar atau sekitar 50,05 persen dari alokasi anggaran.
 

IV. UPAYA PEMBANGUNAN SELANJUTNYA

Potensi utama pengembangan daerah NTB antara lain berasal dari kegiatan pertanian, terutama pertanian pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan; kegiatan perdagangan yang meliputi perdagangan lokal, antar pulau serta perdagangan ekport yang antara lain meliputi eksport hasil pertanian, kerajinan tangan dan hasil galian seperti batu apung dan hasil laut termasuk budidaya mutiara; serta kegiatan pariwisata yang mengandalkan kekayaan alam dan budaya. Ketiga sektor tersebut bersama dengan sektor potensial lainnya akan terus dipacu dalam rangka mempertahankan swasembada beras, pengembangan agro industri, pengembangan pariwisata dan peningkatan kegiatan perdagangan dan jasa yang didukung oleh penyediaan tenaga kerja yang semakin meningkat keterampilannya dalam rangka menunjang perkembangan perekonomian daerah. Selanjutnya untuk mencapai sasaran pembangunan dalam sisa waktu Repelita VI beberapa upaya yang perlu ditempuh, antara lain: