PROPINSI
DAERAH TINGKAT I
KALIMANTAN
TIMUR
TINJAUAN
PARUH WAKTU
REPELITA
VI
I. Sasaran Repelita VI
A. Bidang Ekonomi
Sasaran pembangunan bidang
ekonomi adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan
rata-rata sekitar 9,7 persen per tahun; dengan laju pertumbuhan sektoral,
yaitu sektor tanaman bahan makanan sekitar 3,2 persen, Pertanian lain sekitar
4,2 persen, sektor Pertambangan dan Penggalian 11,5 persen, Industri 10,9
persen, Listrik Gas dan Air Minum 9 persen, Bangunan 13,2 persen, Perdagangan
11,4 persen, Pengangkutan dan Komunikasi 9,8 persen, Jasa 9,1 persen, dan
sektor Pemerintah dan Pertahanan 4,5 persen. Dengan target laju pertumbuhan
tersebut, diharapkan pendapatan per kapita akan mencapai sekitar Rp. 5,5
juta pada akhir Repelita VI dengan peningkatan kesempatan kerja mencapai
4,4 persen.
B. Bidang Sosial Budaya
Sasaran pembangunan bidang sosial
budaya adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara
merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 67,2 tahun dan penurunan
angka kematian bayi menjadi 39 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju
pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional; makin merata, meluas,
dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka
partisipasi kasar sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah
tsanawiyah (MTs) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah
aliyah (MA) masing-masing menjadi sekitar 67,7 persen dan sekitar 48,4
persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun.
C. Bidang Fisik Prasarana
Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya
ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi secara merata dan efisien, terutama
berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu
meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini; meningkatnya keikutsertaan
dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif; meningkatnya produktivitas
tenaga kerja setempat di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya
PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.
II. Hasil Pembangunan Selama 3
Tahun Repelita VI (1994/95-1996/97)
A. Bidang Ekonomi
-
Berdasarkan harga konstan 1993, laju
pertumbuhan ekonomi pada periode 1993-1995 mencapai 9,14 persen rata-rata
per tahun. Pencapaian laju pertumbuhan telah hampir mencapai target. Sektor
yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian 17,85 persen, dan sektor Bangunan 11,2 persen. Laju pertumbuhan
ekonomi tersebut membawa dampak pada peningkatan PDRB per kapita. Pada
tahun 1995, PDRB per kapita telah tercapai sekitar Rp 4,9 juta, yang masih
harus terus ditingkatkan sehingga pada akhir Repelita VI dapat tercapai
PDRB per kapita sekitar Rp. 5,5 juta.
-
Sampai akhir tahun kedua Repelita
VI, struktur ekonomi Kalimantan Timur masih didominasi oleh sektor pertambangan
dan penggalian yang memberikan kontribusi sekitar 34,1 persen dari PDRB.
Sektor jasa memberikan sumbangan 2,1 persen, sektor perdagangan, hotel
dan restoran 8,5 persen, serta sektor transportasi dan komunikasi 9,1 persen.
Sementara itu, sektor industri dan sektor pertanian masing-masing memberikan
kontribusi sebesar 30,2 persen dan 10,5 persen.
-
PDRB per kapita Kalimantan Timur juga
mengalami peningkatan yang cukup berarti dimana pada tahun 1993 sebesar
Rp. 6.699,5 ribu kemudian meningkat menjadi Rp. 6.969,5 ribu pada akhir
tahun pertama Repelita VI. Sementara itu, nilai konsumsi per kapita Kalimantan
Timur pada tahun 1996 mencapai Rp. 1.117,296 ribu, yaitu lebih tinggi dari
nilai konsumsi per kapita nasional yang pada tahun 1996 mencapai Rp. 840,744
ribu.
B. Bidang Sosial Budaya
-
Berdasarkan hasil SUSENAS 1995 jumlah
penduduk mencapai 2.251.501 orang dan bila dibandingkan dengan hasil sensus
penduduk tahun 1990 yang berjumlah 1.876.633 orang berarti terjadi kenaikan
sekitar 3,71% per tahun dengan kepadatan 10 orang pe km2. Pada tahun 995
jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur sekitar 55,71% dari jumlah penduduk
dan 52,38% diantaranya masing-masing bekerja pada sektor Pertanian sekitar
36,64%, Perdagangan 18,68%, Jasa 16,32%, Industri 12,39%, Konstruksi 6,24%,
Pertambangan dan Penggalian 3,05%, serta lain-lain 6,68%.
-
Wilayah propinsi Kalimantan Timur
yang mencakup areal seluas 202.440 km2 memiliki kepadatan penduduk rata-rata
tahun 1996 sekitar 12 jiwa per km2, jauh di bawah kepadatan rata-rata nasional
yang mencapai 103 jiwa per km2. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk
rata-rata per tahun pada periode 1990-1996 mencapai 4,39 persen, lebih
tinggi dari laju pertumbuhan penduduk nasional yang mencapai 1,69 persen
rata-rata per tahun.
-
Kemajuan di bidang kesehatan dan pendidikan
menunjukkan peningkatan, seperti antara lain ditunjukkan oleh angka kematian
bayi per seribu kelahiran hidup yang menurun dari 47 pada tahun 1993 menjadi
43 pada tahun 1995. Hal ini berarti bahwa masih diperlukan usaha-usaha
untuk mencapai target Repelita VI. Sedangkan angka harapan hidup telah
meningkat dari 65,5 tahun pada tahun 1993 menjadi 66,2 tahun pada tahun
1995. Untuk pelayanan dan peningkatan mutu pendidikan wajib belajar sembilan
tahun, sampai tahun pertama Repelita VI telah dibangun 1.986 unit gedung
SD dan 316 unit gedung SLTP.
-
Angka partisipasi kasar sekolah dasar
(SD) juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 1993 baru mencapai 113,25
persen meningkat menjadi 113,60 persen pada tahun 1995. Begitu pula angka
partisipasi kasar sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) meningkat dari
53,70 persen pada tahun 1993 telah meningkat menjadi 68,91 persen pada
tahun 1995. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan
sekolah yang relatif memadai, dimana pada tahun 1995 telah tersedia 2.081
unit SD dengan jumlah guru tercatat sebanyak 18.714 orang guru SD dan setiap
guru SD melayani 21 murid.
C. Bidang Fisik Prasarana
-
Pembangunan daerah Kalimantan Timur
didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah
pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Kondisi
jalan menunjukkan kondisi yang meningkat dari waktu ke waktu. Panjang jalan
di Propinsi Kalimantan Timur pada akhir Repelita V adalah sepanjang 5.778
km dan pada tahun pertama Repelita VI meningkat menjadi 6.178 km.
-
Di bidang pengairan meskipun masih
terbatas telah ada peningkatan prasarana pengairan, seperti bendungan dan
jaringan irigasi. Pada tahun pertama Repelita VI jaringan irigasi teknis
yang ada telah mengairi sawah seluas kurang lebih 791 hektare dan irigasi
non teknis mengairi sawah seluas 16.642 hektare sehingga membantu peningkatan
dan menunjang produksi pertanian.
III. Evaluasi Kemajuan Program
Prioritas
A. Penghapusan Kemiskinan
-
Sejak dicanangkannya program IDT pada
tahun 1993/94 dalam pelaksanaannya berjalan cukup baik meskipun masih terdapat
beberapa kendala yang mempengaruhi kelancarannya. Pada tahun 1993 jumlah
desa tertinggal tercatat 505 desa, kemudian pada tahun 1994 menjadi 564
desa dan pada tahun 1995 berkurang menjadi 415 desa. Untuk tahun 1996/97
dana IDT yang dialokasikan di propinsi kalimantan Timur untuk 415 desa
tertinggal sampai dengan awal Oktober 1996 telah disalurkan kepada 205
desa (49,40%). Keterlambatan penyaluran ini disebabkan sebagian besar kelompok
masyarakat di desa tertinggal belum menyusun program kegiatan usahanya.
Kendala lainnya adalah karena dana yang telah disalurkan pada tahun sebelumnya
masih ada yang belum dikembalikan, disamping faktor lokasi desa IDT yang
sebagian besar berada jauh di pedalaman dan memerlukan transportasi yang
cukup mahal serta waktu yang relatif lebih lama untuk mencapai ibukota
kabupaten dimana kantor BRI berada. Dalam rangka meningkatkan pendapatan
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lokasi kegiatan program
Takesra dan Kukesra tersebut sesuai petunjuk pelaksanannya diarahkan kepada
desa IDT yang meliputi 606 desa.
-
Untuk pelaksanaan program prasarana
pendukung desa tertinggal (P3DT) pada TA 1995/96 propinsi Kalimantan Timur
memperoleh alokasi dana sebesar Rp.6,5 milyar yang terbagi di kabupaten
Kutai sebesar Rp. 1,95 milyar untuk 15 desa tertinggal dan kabupaten Bulungan
sebesar Rp.4,55 milyar untuk 35 desa tertinggal. Kemudian pada TA 196/97
ditetapkan alokasi dana sebesar Rp.16,9 milyar yaitu untuk kabupaten Kutai
Rp.6,5 milyar untuk 50 desa tertinggal, kabupaten Pasir Rp.3,25 milyar
untuk 25 desa tertinggal, kabupaten Berau Rp.3,25 milyar untuk 25 desa
tertinggal, dan kabupaten Bulungan Rp.3,9 milyar untuk 30 desa tertinggal.
-
Dalam TA 1996/97 propinsi Kalimantan
Timur memperoleh alokasi dana untuk program Tabungan Keluarga Sejahtera
(Takesra) sebesar Rp.107,654 juta dengan sasaran sebanyak 53.827 KK dan
Rp.511,720 juta untuk program Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra)
tahap I dengan sasaran sebanyak 22.427 KK.
B. Pemantapan Otonomi Daerah
Salah satu ukuran untuk melihat
semakin mantapnya otonomi daerah Pendapatan asli daerah (PAD) menunjukkan
peningkatan yang pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama dua tahun pertama
Repelita VI mencapai kurang lebih 11,5 persen per tahun. Dalam masa itu
PAD dati I telah meningkat dari Rp 54.503 juta pada tahun 1993/94 menjadi
Rp 63.671 juta pada tahun 1995/966. Peningkatan yang cukup berarti dari
PAD menunjukkan peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai belanja pembangunan
dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Kalimantan
Timur.
C. Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Tata Ruang
-
Menjadi sasaran penting pula di samping
meningkatnya pendapatan masyarakat berpendapatan rendah; berkurangnya jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan berkurangnya jumlah
desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin
di tingkat nasional; adalah meningkatnya daya dukung sumber daya alam dan
terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup, termasuk menurunnya
luas lahan kritis.
-
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah tingkat I Kalimantan
Timur telah menyusun Rencana tata Ruang Wilayah Propinsi. Hal ini dimaksudkan
untuk mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang serasi dan optimal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung alam, serta memperhatikan kebijaksanaan
pembangunan nasional.
D. Sumber Pembiayaan Pembangunan
Keberhasilan yang telah dicapai
oleh propinsi Kalimantan Tengah selama ini tidak terlepas dari dukungan
pembiayaan baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari dunia usaha
atau pihak swasta. Dalam tahun anggran 1996/97 anggaran pembangunan yang
bersumber dari APBN sebesar Rp.500.893 juta, Bantuan Pembangunan Daerah
melalui Inpres Dati I sebesar Rp. 59.353,1 juta, Inpres Dati II sebesar
Rp. 69.833,8 juta, IDT sebesar Rp. 10.037,2 juta, APBD I sebesar Rp. 257.951,8
juta, APBD II sebesar Rp.4.284,84 juta. Adapun penanaman modal dalam negeri
yang disetujui pada tahun 1996/97 adalah sebesar Rp.19.261,6 miliar dan
penanaman modal asing Rp. 12.176,2 miliar.
IV. Upaya Pembangunan Selanjutnya
Dalam upaya pencapaian target Repelita
VI, maka secara konsisten ditempuh langkah-langkah dan kebijaksanaan sebagai
berikut:
-
Peningkatan pelaksanaan otonomi di
daerah melalui peningkatan kemampuan aparatur pemerintah di daerah, penguatan
manajemen dan kelembagaan termasuk pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan
Iptek dan peningkatan berbagai sumber keuangan daerah. Selain itu diupayakan
pemekaran dati II Kutai dan peningkatan status Kotif Tarakan menjadi kotamadya.
-
Pembangunan prasarana da sarana perhubungan
utama daerah, yang meliputi antara lain: (a) jalan lintas Kalimantan poros
Selatan antara Batu Aji- Kuaro-Penajam, ruas Balikpapan – Samarinda - Simpang
Tiga Sambera-Santan-Bontang-Sengatta-Ma, ruas Lembak – Perdau -Sangkulirang-Maloi,
ruas Laban-Tanujung Redep-Tanjung Selor-Malinau; (b) penanganan poros Tengah
mulai dari Loa Janan-Tenggarong-Kota Bangun-Damai dan Blusuh-Batas Kalimantan
Tengah; (c) penanganan ruas-ruas jalan Kuaro-Tanah Grogot-Kerang Dayu;
(d) penanganan ruas jalan Sanga-Sanga-Dondang-Ma.Jawa; serta (e) pengembangan
fasilitas pelabuhan laut Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Nunukan; (f)
melanjutkan penyelesaian pembangunan lapangan terbang Sungai Siring di
Samarinda; dan (g) meningkatkan lapangan terbang di daerah perbatasan seperti
di Krayan, Malinau, Mentarang.
-
Pembangunan dan pengembangan prasarana
dan sarana pengairan di daerah, yang meliputi: (a) jaringan rawa di Kabupaten
Pasir dan Kutai; (b) pembangunan bendungan di Kabupaten Kutai, Pasir, Kodya
Berau, Gulungan; (c) pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi Kalimantan
Timur di kabupaten Pasir, Kutai, Berau, Gulangan, Kodya Balikpapan, dan
Kodya Samarinda; dan (d) pengembangan daerah rawa Kalimantan Timur di kabupaten
Pasir, Kutai, dan Kodya Samarinda.
-
Pengembangan sektor unggulan, yang
meliputi sektor industri, pertanian, kehutanan, pariwisata, pertambangan
serta perdagangan; serta pengembangan dunia usaha melalui upaya pembinaan
kepada para pelaku ekonomi, yaitu koperasi, BUMN, dan swasta.
-
Pengembangan prasarana dan sarana
pembangunan terutama di kawasan pedalaman dan perbatasan yang masih terisolir,
dengan sekaligus diarahkan sejalan dengan upaya elestarian lingkungan hidup
dan pendayagunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
-
Pengembangan dan peningkatan pembangunan
pada delapan kawasan andalan disertai dengan pengembangan sektor-sektor
unggulannya. Khusus untuk kawasan andalan Samarinda-Sangasanga-Muara Jawa-Balik
Papan (SASAMBA) dipioritaskan untuk dapat dikembangkan menjadi Kawasan
Ekonomi Terpadu (Kapet).
-
Pengelolaan pembangunan perkotaan
melalui penataan ruang kota dan peningkatan prasarana serta sarana perkotaan,
dengan sekaligus memantapkan upaya penataan ruang dan pertanahan, serta
penataan batas wilayah administratif.
-
Peningkatan penanggulangan kemiskinan
khususnyan masyarakat di pedalaman, perbatasan dan terpencil serta terisolir
melalui peningkatan pola penanganannya.
-
Pengembangan pos lintas batas Kalimantan
Timur – Sabah, dimana pada saat ini ada empat entry dan exit point, namun
hanya satu yang memiliki fasilitas lengkap, sedangkan di wilayah Malaysia
(Sabah) semuanya telah lengkap fasilitasnya.